Setan Alas! (2024)
Pembahasan Alur Cerita
Film Horor Fiksi Ilmiah – Setan Alas (2024)
Setan Alas (2024) adalah film horor fiksi ilmiah Indonesia yang menggabungkan unsur misteri, ketegangan psikologis, dan pesan filosofis tentang batas antara realitas dan fiksi. Film ini disutradarai oleh Hanung Bramantyo dan diproduksi oleh Akasacara Film bekerja sama dengan Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM). Kisahnya berpusat pada sekelompok mahasiswa yang melakukan ekspedisi penelitian di hutan terpencil, namun tanpa mereka sadari, kawasan itu menyimpan kekuatan gaib yang mampu memanipulasi ruang dan waktu.
Film dibuka dengan suasana tegang di malam hari. Kamera menyorot hamparan hutan yang gelap dan berkabut tebal. Dari kejauhan terdengar suara jeritan samar dan langkah tergesa di antara pepohonan. Lalu muncul tokoh Ani (Putri Anggi), seorang mahasiswi arkeologi yang berlari panik sambil memegang kamera video. Cuplikan ini menjadi prolog yang menggambarkan nasib kelompoknya sebelum kisah utama dimulai.
Keesokan harinya, cerita bergeser ke kehidupan kampus di Yogyakarta. Ani bersama empat temannya — Budi (Abraheem Abdulwahhab), Wati (Anastasia Herzigova), Iwan (Adhin Abdul Hakim), dan Amir (Winner Wijaya) — mendapat tugas akhir dari dosen mereka, Pak Hanung (Hanung Bramantyo), untuk meneliti legenda kuno tentang “Alas Larang”, hutan yang dipercaya sebagai tempat tinggal roh penjaga bumi. Mereka memutuskan untuk berangkat ke lokasi yang baru ditemukan oleh tim survei geospasial UGM.
Perjalanan mereka penuh semangat, namun ketegangan mulai terasa sejak awal. Sopir truk yang mengantar mereka ke lokasi menolak masuk terlalu jauh ke hutan karena katanya “ada sesuatu yang tidak boleh diganggu di malam hari”. Meski diperingatkan, mereka tetap melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki dan mendirikan tenda di tepi hutan. Malam pertama berlangsung damai, namun kamera dokumentasi yang mereka pasang menangkap bayangan aneh melintas di belakang tenda.
Keesokan paginya, kelompok itu menemukan reruntuhan batu tua dengan simbol yang tidak dikenal. Ani merasa simbol tersebut menyerupai pola astronomi kuno, sementara Budi — yang skeptis — menganggapnya hanya kebetulan. Namun suasana mulai berubah mencekam ketika Wati mendengar suara berbisik dari arah reruntuhan, memanggil namanya dengan lembut. Ketika diperiksa, tak ada siapa pun di sana, hanya bekas jejak kaki yang hilang di tanah berlumpur.
Seiring berjalannya waktu, hubungan antaranggota kelompok mulai menegang. Peralatan komunikasi mereka rusak, GPS kehilangan sinyal, dan waktu terasa berjalan aneh — matahari terbit dan tenggelam tanpa pola. Amir yang awalnya bercanda mulai kehilangan kesadaran dan sering berbicara sendiri, seolah berkomunikasi dengan “penghuni hutan”. Dalam salah satu adegan paling menegangkan, kamera merekam Amir berbicara dengan sosok hitam tinggi besar di balik pepohonan, namun ketika teman-temannya menoleh, sosok itu menghilang begitu saja.
Ketegangan mencapai puncak ketika Iwan ditemukan pingsan di dalam reruntuhan dengan tanda-tanda luka bakar di tangannya. Di sampingnya terdapat batu bercahaya merah yang tampak seperti artefak asing. Dari sinilah film mulai memasuki wilayah science fiction: Ani menemukan bahwa simbol di batu itu adalah bagian dari kode ilmiah kuno — semacam teknologi bioenergi yang sudah hilang. Ia meyakini bahwa hutan tersebut sebenarnya adalah portal dimensi yang dijaga oleh entitas yang disebut “Setan Alas”.
Dalam babak tengah film, suasana semakin mencekam dan penuh paranoia. Para tokoh mulai berhalusinasi; batas antara nyata dan mimpi menjadi kabur. Budi melihat versi lain dari dirinya yang berdarah-darah berjalan di antara pohon, sementara Wati mendapati bahwa rekaman kameranya menampilkan kejadian masa depan yang belum terjadi. Semua ini mengarah pada kesadaran bahwa mereka mungkin bukan lagi berada di dunia yang sama seperti saat berangkat.
Melalui catatan lama yang ditemukan di pondok penelitian tua, Ani mengetahui bahwa ekspedisi serupa pernah dilakukan 20 tahun lalu dan semua anggotanya menghilang tanpa jejak. Salah satu dari mereka sempat menulis pesan terakhir: “Hutan ini tidak butuh penjaga. Ia adalah penjaga itu sendiri.” Kalimat itu menjadi inti misteri film ini.
Ketika satu per satu anggota kelompok hilang, Ani memutuskan untuk menghadapi entitas itu secara langsung. Dalam adegan klimaks yang penuh efek visual menakjubkan, ia memasuki lingkaran batu yang menjadi pusat energi hutan. Sosok “Setan Alas” akhirnya muncul — bukan dalam wujud menyeramkan, melainkan makhluk bercahaya dengan bentuk menyerupai manusia purba. Dialog metaforis terjadi antara Ani dan entitas tersebut, mengungkap bahwa hutan telah lelah dijadikan objek eksploitasi manusia dan kini berusaha menyeimbangkan alam dengan menghapus keberadaan manusia yang serakah.
Konfrontasi berakhir dengan ledakan cahaya besar. Kamera video yang dibawa Ani merekam semuanya sebelum layar tiba-tiba gelap. Film kemudian melompat ke adegan penutup: pihak kampus menemukan kamera itu di tepi hutan beberapa minggu kemudian, tetapi tidak ada tanda-tanda keberadaan para mahasiswa. Ketika dosen memutar rekamannya di laboratorium, wajah Ani terlihat menatap kamera dan berkata, “Kami tidak hilang. Kami hanya menjadi bagian dari alas.”
Ending ini menimbulkan interpretasi ganda. Sebagian penonton menganggap seluruh kejadian adalah metafora tentang keserakahan manusia terhadap alam, sementara sebagian lainnya meyakini mereka benar-benar tersedot ke dimensi lain. Film ditutup dengan musik sendu dan montage hutan yang kembali sunyi — mempertegas kesan bahwa alam selalu menang pada akhirnya.
Pemeran & Karakter
-
Ani – diperankan oleh Putri Anggi
Mahasiswi arkeologi yang cerdas dan berani. Ia memiliki rasa ingin tahu tinggi terhadap fenomena alam mistis dan menjadi pusat moral dalam kelompok. Sosok Ani digambarkan tegas namun empatik, menjadikannya tokoh utama yang menuntun penonton memahami misteri hutan. -
Budi – diperankan oleh Abraheem Abdulwahhab
Teman Ani yang rasional dan skeptis. Ia selalu menolak hal-hal supranatural hingga akhirnya menjadi korban keangkuhannya sendiri. Karakternya merepresentasikan sisi ilmiah manusia yang menolak keajaiban. -
Wati – diperankan oleh Anastasia Herzigova
Sosok sensitif yang sering mengalami penglihatan dan mimpi aneh. Ia menjadi jembatan antara dunia nyata dan dunia spiritual. Wati juga menyimpan masa lalu traumatis yang perlahan terungkap di tengah kekacauan. -
Iwan – diperankan oleh Adhin Abdul Hakim
Mahasiswa teknik yang bertugas mengoperasikan alat dan kamera dokumenter. Ia merupakan karakter yang paling logis tetapi juga paling rentan terhadap gangguan energi misterius di dalam hutan. -
Amir – diperankan oleh Winner Wijaya
Sumber humor di antara kelompok, namun perannya berubah drastis ketika ia mulai terpengaruh oleh kekuatan hutan. Transformasi karakternya menjadi simbol kehilangan kendali manusia terhadap alam. -
Pak Hanung – diperankan oleh Hanung Bramantyo
Dosen pembimbing ekspedisi yang awalnya hanya muncul di awal film, namun di bagian akhir diketahui pernah terlibat dalam penelitian serupa di masa lalu. Karakter ini memberikan lapisan misteri tambahan pada cerita. -
Entitas Setan Alas – diperankan oleh aktor tanpa nama (CGI & Motion Capture)
Makhluk penjaga hutan yang merupakan gabungan roh alam dan energi kuno. Bukan sekadar hantu, tetapi simbol kesadaran alam yang menentang ketamakan manusia. Wujudnya megah dan menyeramkan sekaligus mempesona.
Setan Alas (2024) memadukan horor dan sains dengan pendekatan yang segar. Film ini tidak hanya menawarkan ketegangan dan kejutan visual, tetapi juga pesan moral yang kuat: bahwa manusia bukanlah penguasa alam, melainkan bagian darinya. Dengan sinematografi atmosferik dan alur yang penuh teka-teki, Setan Alas berhasil menjadi salah satu film horor lokal paling berkesan tahun 2024.

Post a Comment