Darah Daging (2019)
Pembahasan Alur Cerita
Darah Daging (2019)
Darah Daging (2019) adalah film drama aksi Indonesia yang disutradarai oleh Sarjono Sutrisno, menggabungkan ketegangan perampokan, emosi persaudaraan, dan drama keluarga yang kuat. Cerita dimulai dari latar keluarga tiga bersaudara: Arya, Rahmat, dan Fikri, yang hidup bersama ibu mereka dalam kondisi ekonomi sulit, karena biaya perawatan ibunya sangat besar sementara uang yang mereka miliki semakin menipis, mendorong mereka untuk mengambil keputusan yang akan membekas sepanjang hidup mereka. 0
Arya (diperankan oleh Ario Bayu — nama lengkap Ario Bayu Wicaksono), Rahmat (diperankan oleh Rangga Nattra — nama lengkap Rangga Natra), dan Fikri (diperankan oleh Arnold Leonard — Arnold Leonard) kemudian merencanakan sebuah aksi nekat: merampok bank untuk mendapatkan uang besar demi menyelamatkan nyawa ibu mereka yang tengah kritis. Sebagai pegawai magang di bank yang sama, Fikri memakai aksesnya sebagai cara untuk mempermulus rencana tersebut sementara Rahmat mengajak sahabatnya sejak kecil, Salim (diperankan oleh Donny Alamsyah — Donny Alamsyah), serta seorang pria bernama Borne (diperankan oleh Tanta Ginting — Tanta Ginting), yang memiliki keahlian menyediakan senjata bagi mereka. 1
Pada hari yang telah ditetapkan, lima orang itu melakukan perampokan besar di bank tempat Fikri bekerja. Namun, walaupun mereka sudah merencanakan dengan matang, kejadian di lapangan tidak berjalan sesuai yang diharapkan. Ketegangan meningkat ketika salah satu anggota, Borne, secara gegabah melepaskan tembakan, menyebabkan kekacauan dan membuat situasi di dalam bank berubah menjadi konflik berdarah yang tak terduga. Dalam kekacauan tersebut, peluru pun menyasar beberapa orang, dan peristiwa itu mengubah hidup mereka secara permanen. 2
Di tengah aksi perampokan, polisi bergerak cepat, dan Salim berhasil ditangkap setelah menjadi satu-satunya yang tertangkap di lokasi kejadian. Ia kemudian dihukum dan diputuskan menjalani masa tahanan, bahkan dijatuhi hukuman mati setelah bertahun-tahun. Penjara menjadi tempat Salim merenungi nasibnya, merasa dikhianati oleh teman-temannya yang lain dan menyimpan perasaan bersalah yang mendalam atas apa yang terjadi pada hari itu. 3
Kejadian traumatis itu tidak hanya berakhir di sana. Empat belas tahun kemudian, seorang penulis muda bernama Hana (diperankan oleh Estelle Linden — Estelle Linden) tertarik untuk menulis sebuah novel berdasarkan kasus perampokan itu setelah menemukan bahwa Salim adalah satu-satunya pelaku yang masih hidup dan akan segera menghadapi eksekusi mati dalam waktu 10 hari. Hana kemudian mendatangi Salim di penjara untuk menggali kisah sebenarnya di balik perampokan yang terjadi puluhan tahun lalu, karena berbagai versi cerita yang beredar tidak pernah memberikan jawaban yang memuaskan. 4
Ketika Hana mulai mendengar versi cerita Salim, terungkap lebih banyak detail tentang motivasi, tekanan emosional, serta hubungan kompleks antara kakak beradik Arya, Rahmat, dan Fikri. Salim sendiri mengungkapkan konflik batin yang selama ini ia pendam, serta rasa hormat sekaligus kebencian yang ia miliki terhadap teman-temannya karena dinamika yang terjadi saat peristiwa itu berlangsung. Sepotong demi sepotong masa lalu tersusun kembali, menceritakan tentang kasih sayang yang mendalam terhadap ibu mereka, sekaligus bagaimana rasa putus asa dapat membutakan seseorang hingga mengambil keputusan ekstrem demi mempertahankan kehidupan keluarga mereka. 5
Semakin jauh Hana melakukan wawancara, ia justru menemukan kenyataan bahwa cerita itu tidak sesederhana versi resmi yang beredar selama ini. Beberapa hal yang Salim sampaikan mengejutkan, mulai dari perselisihan kecil yang berujung besar, tekanan dari kehidupan sosial dan ekonomi, hingga dampak keputusan yang kini berimbas pada banyak orang. Hana merasa terpanggil untuk tidak sekadar menuliskan fakta, tetapi juga menyampaikan pesan moral tentang nilai keluarga, penyesalan, dan pengorbanan. 6
Film kemudian berlanjut dengan adegan yang memperlihatkan Hana menghabiskan waktu berjam-jam mencatat kisah Salim, mengindikasikan bahwa pembaca nantinya akan memahami bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi yang tak terhitung jumlahnya. Salim yang awalnya tampak keras dan pendiam berubah menjadi sosok yang terbuka serta menyesali apa yang ia lakukan. Melalui dialog panjang dan kilas balik adegan perampokan, penonton diajak untuk melihat sisi lain dari peristiwa tersebut: rasa cinta yang tak tergantikan terhadap ibu, serta bagaimana hubungan keluarga dapat mendorong seseorang mengambil jalan ekstrem demi harapan terakhir. 7
Klimaks cerita muncul ketika waktu Salim yang tersisa kian menipis, sementara Hana harus menentukan apakah kisah itu layak dirilis atau tidak—karena jika dibuka kepada publik, cerita itu bisa mempengaruhi keluarga yang masih hidup dan sejarah yang sudah terkubur. Untuk Salim sendiri, pencerahan telah ia rasakan saat membagikan kisahnya, dan ia berharap bahwa pengakuannya bisa menjadi pelajaran bukan hanya bagi pembaca novel Hana, tetapi juga bagi masyarakat luas tentang harga sebuah pengorbanan. 8
Film berakhir penuh makna ketika Hana menutup buku catatannya dan bersiap untuk menerbitkan bukunya, sementara Salim menghadapi hari-hari terakhirnya dengan ketenangan, seolah ia telah berdamai dengan masa lalunya. Adegan ini diselingi dengan refleksi mendalam tentang kehidupan, harapan, dan bagaimana masa lalu terus membayangi masa kini. Akhirnya, Darah Daging menyampaikan pesan kuat bahwa kasih sayang terhadap keluarga bisa menggerakkan seseorang sampai ke garis batas moral, namun setiap keputusan tetap harus dipertanggungjawabkan. 9
Pemeran & Karakter
- Arya – kakak tertua yang memimpin aksi perampokan demi menyelamatkan ibu mereka, diperankan oleh Ario Bayu Wicaksono. 10
- Rahmat – saudara tengah yang terlibat konflik batin antara rasa tanggung jawab dan rasa bersalah, diperankan oleh Rangga Natra. 11
- Fikri – adik yang membawa elemen kunci karena bekerja di bank yang dirampok, diperankan oleh Arnold Leonard. 12
- Salim – sahabat Rahmat yang ikut serta dalam perampokan, diperankan oleh Donny Alamsyah. 13
- Borne – teman yang menyediakan senjata dalam aksi, diperankan oleh Tanta Ginting. 14
- Ibu (nama karakter Nurmala) – ibu tiga bersaudara, diperankan oleh Karina Suwandi. 15
- Hana – penulis yang menggali kisah lama untuk bukunya, diperankan oleh Estelle Linden. 16
- Ray Sahetapy – pemeran karakter pendukung yang memperkaya cerita. 17
- Dianda Sabrina dan Cantika Putri Kirana – pemeran tambahan dalam cerita. 18

Post a Comment